Dengan mempelajari contoh soal Debt to equity ratio (DER) salah satu solusi paling tepat bagi kamu yang ingin sedang menjalankan perusahaan. Karena dapat menggambarkan tingkat risiko keuangan, solvabilitas, dan leverage perusahaan.
Selain itu rasio ini juga dapat digunakan untuk membandingkan kinerja perusahaan dengan pesaing atau industri. Perusahaan dapat melihat langsung utang jangka pendek dan utang jangka panjang melalui serangkaian perhitungan.
Kemudian semakin rendah debt to equity ratio akan mempengaruhi semakin rendah biaya modal dan semakin tinggi efisiensi perusahaan.
Namun, bagaimana cara menghitung dan menganalisis DER? Apa saja contoh soal yang sering muncul? Simak pembahasannya di bawah ini.
Apa Itu Debt to Equity Ratio?
Sebelum masuk ke contoh soal, mari kita pahami dulu apa itu debt to equity ratio. Secara sederhana, DER adalah rasio yang membandingkan antara jumlah utang (debt) dengan jumlah modal (equity) yang dimiliki oleh perusahaan.
Rumus untuk menghitung DER adalah sebagai berikut:
Debt to Equity Ratio= Total Utang : Total Modal
Total utang adalah jumlah seluruh kewajiban yang harus dibayar oleh perusahaan, baik jangka pendek maupun jangka panjang. Total modal adalah jumlah seluruh dana yang disediakan oleh pemilik atau pemegang saham perusahaan.
DER biasanya dinyatakan dalam bentuk persentase atau kali. Misalnya, jika DER suatu perusahaan adalah 0,5 atau 50%, artinya untuk setiap Rp1 modal, perusahaan memiliki Rp0,5 utang.
Fungsi Debt to Equity Ratio
Debt to equity ratio memiliki beberapa fungsi dan makna, antara lain:
- Mengukur tingkat risiko keuangan perusahaan. Risiko keuangan adalah kemungkinan perusahaan gagal membayar kewajiban finansialnya, seperti bunga dan pokok utang. Semakin tinggi DER, semakin tinggi pula risiko keuangan perusahaan, karena berarti perusahaan lebih bergantung pada utang daripada modal untuk membiayai asetnya. Utang yang tinggi juga dapat meningkatkan beban bunga dan mengurangi laba bersih perusahaan.
- Mengukur tingkat solvabilitas perusahaan. Solvabilitas adalah kemampuan perusahaan untuk membayar seluruh kewajibannya jika perusahaan dilikuidasi. Semakin rendah DER, semakin tinggi pula solvabilitas perusahaan, karena berarti perusahaan memiliki modal yang cukup untuk menutup utangnya. Solvabilitas yang tinggi juga menunjukkan bahwa perusahaan memiliki kekuatan finansial yang baik dan dapat bertahan dalam kondisi krisis.
- Mengukur tingkat leverage perusahaan. Leverage adalah penggunaan utang untuk meningkatkan potensi keuntungan perusahaan. Semakin tinggi DER, semakin tinggi pula leverage perusahaan, karena berarti perusahaan menggunakan utang untuk memperbesar asetnya. Leverage yang tinggi dapat memberikan keuntungan yang besar jika perusahaan dapat menghasilkan laba yang lebih tinggi dari biaya utangnya. Namun, leverage yang tinggi juga dapat memberikan kerugian yang besar jika perusahaan mengalami kerugian atau penurunan laba.
Cara Menganalisis Debt to Equity Ratio
Untuk menganalisis debt to equity ratio, kita perlu membandingkan DER perusahaan dengan beberapa hal, antara lain:
- DER industri. DER industri adalah rata-rata DER dari perusahaan-perusahaan yang bergerak di bidang usaha yang sama. Setiap industri memiliki karakteristik dan tingkat DER yang berbeda-beda, tergantung pada faktor-faktor seperti siklus bisnis, struktur modal, kebijakan dividen, dan lain-lain. Misalnya, industri perbankan dan telekomunikasi cenderung memiliki DER yang tinggi, karena membutuhkan banyak modal untuk mengembangkan usahanya. Sedangkan industri makanan dan minuman cenderung memiliki DER yang rendah, karena memiliki arus kas yang stabil dan tidak membutuhkan banyak investasi. Oleh karena itu, kita perlu membandingkan DER perusahaan dengan DER industri untuk mengetahui apakah perusahaan memiliki DER yang wajar atau tidak.
- DER pesaing. DER pesaing adalah DER dari perusahaan-perusahaan yang menjadi saingan langsung atau memiliki pangsa pasar yang sama. Membandingkan DER perusahaan dengan DER pesaing dapat membantu kita menilai posisi dan kinerja perusahaan dalam industri. Misalnya, jika DER perusahaan lebih rendah dari DER pesaing, artinya perusahaan memiliki keunggulan kompetitif dalam hal efisiensi modal dan solvabilitas. Sedangkan jika DER perusahaan lebih tinggi dari DER pesaing, artinya perusahaan memiliki tantangan dalam hal risiko keuangan dan beban bunga.
- DER standar. DER standar adalah batas maksimal DER yang dianggap aman dan sehat bagi perusahaan. Tidak ada aturan baku mengenai DER standar, karena setiap perusahaan memiliki kondisi dan strategi yang berbeda-beda. Namun, secara umum, DER standar berkisar antara 0,5 hingga 2,0. Jika DER perusahaan lebih rendah dari 0,5, artinya perusahaan kurang memanfaatkan utang untuk meningkatkan keuntungan. Jika DER perusahaan lebih tinggi dari 2,0, artinya perusahaan terlalu banyak menggunakan utang dan berisiko mengalami kesulitan keuangan.
Contoh Soal Debt to Equity Ratio
Jika kamu sedang mencari materi soal debt to equity ratio. Berikut adalah beberapa contoh soal debt to equity ratio beserta cara menjawabnya.
1. Perusahaan ABC memiliki total utang sebesar Rp 500 juta dan total ekuitas sebesar Rp 250 juta. Berapakah debt to equity ratio perusahaan ABC?
Jawaban: Debt to equity ratio = Total utang / Total ekuitas = 500 / 250 = 2
Penjelasan: Rasio ini menunjukkan bahwa perusahaan ABC memiliki utang dua kali lipat dari ekuitasnya. Ini berarti bahwa perusahaan ABC memiliki leverage yang tinggi dan risiko keuangan yang tinggi pula.
2. Perusahaan XYZ memiliki total utang sebesar Rp 300 juta dan total ekuitas sebesar Rp 600 juta. Berapakah debt to equity ratio perusahaan XYZ?
Jawaban: Debt to equity ratio = Total utang / Total ekuitas = 300 / 600 = 0.5
Penjelasan: Rasio ini menunjukkan bahwa perusahaan XYZ memiliki utang setengah dari ekuitasnya. Ini berarti bahwa perusahaan XYZ memiliki leverage yang rendah dan risiko keuangan yang rendah pula.
3. Perusahaan PQR memiliki total utang sebesar Rp 400 juta dan total ekuitas sebesar Rp 200 juta. Berapakah debt to equity ratio perusahaan PQR?
Jawaban: Debt to equity ratio = Total utang / Total ekuitas = 400 / 200 = 2
Penjelasan: Rasio ini sama dengan perusahaan ABC, yaitu menunjukkan bahwa perusahaan PQR memiliki utang dua kali lipat dari ekuitasnya. Namun, perlu diperhatikan bahwa nilai absolut utang dan ekuitas perusahaan PQR lebih kecil dari perusahaan ABC, sehingga dampak leverage dan risiko keuangan mungkin berbeda.
4. Perusahaan LMN memiliki total utang sebesar Rp 100 juta dan total ekuitas sebesar Rp 200 juta. Berapakah debt to equity ratio perusahaan LMN?
Jawaban: Debt to equity ratio = Total utang / Total ekuitas = 100 / 200 = 0.5
Penjelasan: Rasio ini sama dengan perusahaan XYZ, yaitu menunjukkan bahwa perusahaan LMN memiliki utang setengah dari ekuitasnya. Namun, perlu diperhatikan bahwa nilai absolut utang dan ekuitas perusahaan LMN lebih kecil dari perusahaan XYZ, sehingga dampak leverage dan risiko keuangan mungkin berbeda.
5. Perusahaan RST memiliki total utang sebesar Rp 600 juta dan total ekuitas sebesar Rp 400 juta. Berapakah debt to equity ratio perusahaan RST?
Jawaban: Debt to equity ratio = Total utang / Total ekuitas = 600 / 400 = 1.5
Penjelasan: Rasio ini menunjukkan bahwa perusahaan RST memiliki utang 1.5 kali lipat dari ekuitasnya. Ini berarti bahwa perusahaan RST memiliki leverage yang moderat dan risiko keuangan yang moderat pula.
6. Perusahaan UVW memiliki total utang sebesar Rp 200 juta dan total ekuitas sebesar Rp 800 juta. Berapakah debt to equity ratio perusahaan UVW?
Jawaban: Debt to equity ratio = Total utang / Total ekuitas = 200 / 800 = 0.25
Penjelasan: Rasio ini menunjukkan bahwa perusahaan UVW memiliki utang seperempat dari ekuitasnya. Ini berarti bahwa perusahaan UVW memiliki leverage yang sangat rendah dan risiko keuangan yang sangat rendah pula.
7. Perusahaan GHI memiliki total utang sebesar Rp 800 juta dan total ekuitas sebesar Rp 200 juta. Berapakah debt to equity ratio perusahaan GHI?
Jawaban: Debt to equity ratio = Total utang / Total ekuitas = 800 / 200 = 4
Penjelasan: Rasio ini menunjukkan bahwa perusahaan GHI memiliki utang empat kali lipat dari ekuitasnya. Ini berarti bahwa perusahaan GHI memiliki leverage yang sangat tinggi dan risiko keuangan yang sangat tinggi pula.
8. Perusahaan JKL memiliki total utang sebesar Rp 0 juta dan total ekuitas sebesar Rp 500 juta. Berapakah debt to equity ratio perusahaan JKL?
Jawaban: Debt to equity ratio = Total utang / Total ekuitas = 0 / 500 = 0
Penjelasan: Rasio ini menunjukkan bahwa perusahaan JKL tidak memiliki utang sama sekali. Ini berarti bahwa perusahaan JKL tidak menggunakan leverage dan tidak memiliki risiko keuangan.
9. Perusahaan MNO memiliki total utang sebesar Rp 500 juta dan total ekuitas sebesar Rp 0 juta. Berapakah debt to equity ratio perusahaan MNO?
Jawaban: Debt to equity ratio = Total utang / Total ekuitas = 500 / 0 = Tidak terdefinisi
Penjelasan: Rasio ini tidak dapat dihitung karena total ekuitas perusahaan MNO adalah nol. Ini berarti bahwa perusahaan MNO tidak memiliki modal sendiri dan sepenuhnya bergantung pada utang. Ini adalah situasi yang sangat berbahaya dan tidak sehat bagi perusahaan.
10. Perusahaan DEF memiliki total utang sebesar Rp 450 juta dan total ekuitas sebesar Rp 300 juta. Berapakah debt to equity ratio perusahaan DEF?
Jawaban: Debt to equity ratio = Total utang / Total ekuitas = 450 / 300 = 1.5
Penjelasan: Rasio ini sama dengan perusahaan RST, yaitu menunjukkan bahwa perusahaan DEF memiliki utang 1.5 kali lipat dari ekuitasnya. Namun, perlu diperhatikan bahwa nilai absolut utang dan ekuitas perusahaan DEF lebih kecil dari perusahaan RST, sehingga dampak leverage dan risiko keuangan mungkin berbeda.
11. Perusahaan OPQ memiliki total utang sebesar Rp 750 juta dan total ekuitas sebesar Rp 250 juta. Berapakah debt to equity ratio perusahaan OPQ?
Jawaban: Debt to equity ratio = Total utang / Total ekuitas = 750 / 250 = 3
Penjelasan: Rasio ini menunjukkan bahwa perusahaan OPQ memiliki utang tiga kali lipat dari ekuitasnya. Ini berarti bahwa perusahaan OPQ memiliki leverage yang sangat tinggi dan risiko keuangan yang sangat tinggi pula.
12. Perusahaan STU memiliki total utang sebesar Rp 150 juta dan total ekuitas sebesar Rp 450 juta. Berapakah debt to equity ratio perusahaan STU?
Jawaban: Debt to equity ratio = Total utang / Total ekuitas = 150 / 450 = 0.33
Penjelasan: Rasio ini menunjukkan bahwa perusahaan STU memiliki utang sepertiga dari ekuitasnya. Ini berarti bahwa perusahaan STU memiliki leverage yang rendah dan risiko keuangan yang rendah pula.
13. Perusahaan VWX memiliki total utang sebesar Rp 600 juta dan total ekuitas sebesar Rp 600 juta. Berapakah debt to equity ratio perusahaan VWX?
Jawaban: Debt to equity ratio = Total utang / Total ekuitas = 600 / 600 = 1
Penjelasan: Rasio ini menunjukkan bahwa perusahaan VWX memiliki utang sama besar dengan ekuitasnya. Ini berarti bahwa perusahaan VWX memiliki leverage yang moderat dan risiko keuangan yang moderat pula.
14. Perusahaan YZA memiliki total utang sebesar Rp 250 juta dan total ekuitas sebesar Rp 750 juta. Berapakah debt to equity ratio perusahaan YZA?
Jawaban: Debt to equity ratio = Total utang / Total ekuitas = 250 / 750 = 0.33
Penjelasan: Rasio ini sama dengan perusahaan STU, yaitu menunjukkan bahwa perusahaan YZA memiliki utang sepertiga dari ekuitasnya. Namun, perlu diperhatikan bahwa nilai absolut utang dan ekuitas perusahaan YZA lebih besar dari perusahaan STU, sehingga dampak leverage dan risiko keuangan mungkin berbeda.
15. Perusahaan NOP memiliki total utang sebesar Rp 700 juta dan total ekuitas sebesar Rp 100 juta. Berapakah debt to equity ratio perusahaan NOP?
Jawaban: Debt to equity ratio = Total utang / Total ekuitas = 700 / 100 = 7
Penjelasan: Rasio ini menunjukkan bahwa perusahaan NOP memiliki utang tujuh kali lipat dari ekuitasnya. Ini berarti bahwa perusahaan NOP memiliki leverage yang sangat tinggi dan risiko keuangan yang sangat tinggi pula.
16. Perusahaan BCD memiliki total utang sebesar Rp 350 juta dan total ekuitas sebesar Rp 150 juta. Berapakah debt to equity ratio perusahaan BCD?
Jawaban: Debt to equity ratio = Total utang / Total ekuitas = 350 / 150 = 2.33
Penjelasan: Rasio ini menunjukkan bahwa perusahaan BCD memiliki utang 2.33 kali lipat dari ekuitasnya. Ini berarti bahwa perusahaan BCD memiliki leverage yang tinggi dan risiko keuangan yang tinggi pula.
17. Perusahaan EFG memiliki total utang sebesar Rp 100 juta dan total ekuitas sebesar Rp 400 juta. Berapakah debt to equity ratio perusahaan EFG?
Jawaban: Debt to equity ratio = Total utang / Total ekuitas = 100 / 400 = 0.25
Penjelasan: Rasio ini sama dengan perusahaan UVW, yaitu menunjukkan bahwa perusahaan EFG memiliki utang seperempat dari ekuitasnya. Namun, perlu diperhatikan bahwa nilai absolut utang dan ekuitas perusahaan EFG lebih kecil dari perusahaan UVW, sehingga dampak leverage dan risiko keuangan mungkin berbeda.
18. Perusahaan HIJ memiliki total utang sebesar Rp 900 juta dan total ekuitas sebesar Rp 300 juta. Berapakah debt to equity ratio perusahaan HIJ?
Jawaban: Debt to equity ratio = Total utang / Total ekuitas = 900 / 300 = 3
Penjelasan: Rasio ini sama dengan perusahaan OPQ, yaitu menunjukkan bahwa perusahaan HIJ memiliki utang tiga kali lipat dari ekuitasnya. Namun, perlu diperhatikan bahwa nilai absolut utang dan ekuitas perusahaan HIJ lebih besar dari perusahaan OPQ, sehingga dampak leverage dan risiko keuangan mungkin berbeda.
19. Perusahaan KLM memiliki total utang sebesar Rp 50 juta dan total ekuitas sebesar Rp 50 juta. Berapakah debt to equity ratio perusahaan KLM?
Jawaban: Debt to equity ratio = Total utang / Total ekuitas = 50 / 50 = 1
Penjelasan: Rasio ini sama dengan perusahaan VWX, yaitu menunjukkan bahwa perusahaan KLM memiliki utang sama besar dengan ekuitasnya. Namun, perlu diperhatikan bahwa nilai absolut utang dan ekuitas perusahaan KLM lebih kecil dari perusahaan VWX, sehingga dampak leverage dan risiko keuangan mungkin berbeda.
Kesimpulan
Debt to equity ratio adalah rasio keuangan yang menunjukkan seberapa besar proporsi utang dan modal yang digunakan oleh perusahaan untuk membiayai asetnya. Selain itu dapat mengetahui neraca keuangan telah dilakukan oleh perusahaan, semoga dengan adanya informasi telah Orangbaik.org sampaikan bisa membantu.